Berpesiar Bersama Peaceboat

Kanokporn Chucherd, Pim, Golf, Robi, Dennis dan Ina
Di sinilah saya, di salah satu kamar penumpang kapal pesiar, Ocean Dream namanya. Kapal berukuran panjang 205 meter dan lebar 26.5 meter dengan kapasitas 2000 orang.  Berpesiar melintasi perairan Jepang Philippines dan Singapore. Perjalanan terlama dan terpanjang yang pernah ada...!

Ini adalah pelayaran ke 88 bagi Ocean Dream. Dalam perjalanan kali ini, kapal raksasa ini akan berlayar selama 108 hari. Mulai dari Yokohama Jepang pada 21 Agustus 2015 dan kembali ke Jepang pada 6 Desember 2015. Ia akan berlayar melintasi banyak negara;  Mulai dari Cebu, Dubai, Doha dan Belize City dan puluhan negara lain untuk belajar tentang isu-isu yang dihadapi oleh orang-orang dari pulau-pulau di sana.

Ocean Dream, adalah kapal pesiar yang berada di bawah organisasi Peaceboat melalui kerja sama dengan Japan Grace. Maka tak heran jika Ocean Dream juga kerap disebut Peaceboat. 

Peaceboat sendiri adalah nama sebuah organisasi internasional, non-pemerintah dan non-profit yang berbasis di Jepang. Peaceboat mempromosikan perdamaian, pelucutan senjata, pembangunan yang adil - berkelanjutan dan penghargaan terhadap lingkungan hidup.  Peaceboat melaksanakan kegiatan utamanya melalui kapal penumpang carteran yang berkeliling dunia untuk membawa misi perdamaian.

Pada bulan Mei 2014, Peaceboat menjadi mitra kampanye resmi dari Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) untuk mendukung kapanye global "Making City Resilient" yang mengadvokasi pencegahan bencana dan membangun ketahanan kota global untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana. 

Kerjasama Peaceboat dengan UN ISDR inilah yang menjadi sebab saya di sini. Mendapatkan kesempatan untuk uji nyali dan uji sabar. Hidup 10 hari di laut sambil mengikuti workshop. Saya dan 6 pemuda lain dari Thailand, Philippines, Jepang dan Indonesia tergabung dalam group Resilient Youth for Disaster Risk Reduction. 

Saya dan Robi saat paparan tentang Tsunami Aceh
Selama di kapal, selain mengikuti aktivitas dan workshop di dalam ruang, kami juga kerap berkesempatan bergabung atau berbagi dengan penumpang lain. Baik penumpang umum maupun kelompok komunitas lain, seperti YMCA. 

Kami juga singgah di Cebu Philippines dan Sinagopore. Di Philippines kami mengunjungi wilayah terdampak badai di Bantayan dan bertemu masyarakat dan pemerintah setempat. Sementara di Singapore, kami berksempatan untuk mengunjungi Uiversitas Teknologi Nanyang untuk secara khusus belajar mengenai bencana geologi.

Meski hanya 10 hari, ditambah 4 hari di darat, perjalanan ini memberikan kesan luar biasa bagi saya. Hidup di atas kapal, berbaur dengan ribuan orang berbagai rupa, usia dan bahasa, adalah luar biasa. Tapi yang paling luar biasa adalah pengalaman melawan mabuk laut (seasickness) pagi-siang-malam. 

Happy menang lomba tarik tambang
Presentasi di kelas YMCA

Dan ini, yang katanya "Young Leaders";

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete